Rintangan Dakwah



Gema dakwah jahriyah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam terhadap kerabat dekat beliau terus menggema di seantero kota Makkah hingga turun firman Allah:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

“Maka sampaikanlah olehmu segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (QS. Al Hijr: 94)

Kemudian Rasululloh menyingsingkan lengan bajunya untuk menyampaikan kebenaran kepada seluruh penduduk Makkah. Beliau mengajak manusia meninggalkan penyembahan berhala dan semua jenis paganisme yang sudah mengakar pada mereka. Disamping juga menyampaikan hakikat Islam dan membantah aqidah-aqidah batil yang sudah mencengkram akal para penduduk Makkah.





Ketika itulah kaum Quraisy melihat pengaruh dakwah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ini tidak terbatas, tidak sebagaimana keadaan orang terdahulu yang telah mengajak meninggalkan paganisme seperti Zaid bin Nufail dan semisalnya.

Oleh karena itu mereka bangkit menghadang dakwah dan mengambil beraneka ragam cara dan sarana untuk menghadang dakwah yang mereka anggap mengancam kemaslahatan mereka. Dakwah yang mereka anggap akan menghancurkan harga diri dan ambisi serta kedudukan mereka ditanah haram.

Diantara cara dan sarana terpenting yang mereka gunakan untuk menghadang dakwah mulia ini adalah:

1. Berusaha mempengaruhi Abu Thalib untuk menghentikan dakwah Rasulullah atau menghentikan perlinduangan beliau terhadap Rasulullah.

Dikisahkan bahwa sejumlah tokoh terkemuka Quraisy mendatangi Abu Thalib dan menyatakan: Sungguh keponakanmu telah mencaci maki tuhan-tuhan kita, mencela agama kita, menuduh pikiran kita bodoh dan memvonis nenek moyang kita sesat. Pilih kamu menghentikannya atau kamu biarkan (tidak turut campur) antara kami dan dia. Karena kamu dan kami sama-sama menyelisihinya, maka kami cukupkan kamu untuk menghentikannya. Lalu Abu Thalib menyampaikan kepada mereka ungkapan yang lembut dan menolaknya dengan halus.[1]

2. Ancaman keras kepada Rasulullah dan Abu Thalib.
Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tetap berkeras tidak menghentikan dakwahnya dan Abu Thalib pun tidak melepas perlindungannya, maka kaum Quraisy mengambil cara lain untuk menghentikan dakwah beliau; yaitu dengan ancaman. Oleh karena itulah Abu Thalib akhirnya menyampaikan kepada Rasululloh keinginannya agar beliau menghentikan dakwahnya terlebih dahulu. Namun Rasulullah tetap menolaknya. Diriwayatkan Ibnu Ishaaq, Al Bukhori dalam kitan tarikhnya dan Al Baihaqi dengan sanad hasan dari hadits Aqiel bin Abi Thalib bahwa Abu Tholib mengutusnya memanggil Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, setelah sampai maka Abu Thalib berkata kepadanya:

“Sungguh bani pamanmu (Quraisy) telah menyatakan bahwa kamu menyakiti mereka di tempat pertemuan dan masjid mereka. Berhentilah dari menyakiti mereka!”. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendongakkan pandangannya kelangit sambil berkata: “Apakah kalian melihat matahari itu?” Mereka menjawab: “Ya”. Beliau berkata lagi: “Tidaklah aku lebih mampu meninggalkan hal itu (dakwah islam (pen)) dari kalian walaupun kalian dapat mengambil dari matahari tersebut cahaya“. Maka Abu Tholib pun menyatakan: “Demi Allah! keponakanku tidak berdusta, maka kembalilah kalian!”.[2]

Demikian juga terhadap Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam langsung sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dan Al Bukhori serta At Tirmidzi dari Ibnu Abas Radhiallahu’anhu :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ أَبُو جَهْلٍ لَئِنْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عِنْدَ الْكَعْبَةِ لَآتِيَنَّهُ حَتَّى أَطَأَ عَلَى عُنُقِهِ قَالَ فَقَالَ لَوْ فَعَلَ لَأَخَذَتْهُ الْمَلَائِكَةُ عِيَانًا
“Beliau berkata: Abu Jahal pernah berkata: Seandainya aku melihat Rasululoh n sholat di Ka’bah tentu aku akan mendatanginya hingga menginjak lehernya. Ibnu Abas berkata: Lalu Rasululloh n bersabda: Seandainya ia berbuat tentulah para malaikat akan menyiksanya secara terang-terangan“.[3]

3. Tuduhan batil untuk menjauhkan manusia dari beliau Shallallahu’alaihi Wasallam.

Diantara tuduhan tersebut adalah:
a. Tuduhan beliau gila

Sebagaimana Firman Allah:
وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ
“Mereka berkata:”Hai orang yang diturunkan al-Qur’an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila” (QS. Al Hijr 15:6)
lalu Allah bantah dengan firmanNya:
مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ
“Berkat nikmat Rabbmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila” (QS. Al Qalam 68:2)

Demikian juga dijelaskan tuduhan mereka ini dalam firmanNya yang lain:
وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al-Qur’an dan mereka berkata: ‘Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila’ “. (QS. Al Qalam 68: 51)

b. Mereka menuduh Rasulullah sebagai tukang Sihir atau terkena sihir.

Dalam hal ini Allah jelaskan dalam firman-Nya:
وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata :”ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta“. (QS. Shaad 38:4)

dan firmanNya:
أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا رَجُلا مَسْحُورًا
“Dan orang-orang yang zalim itu berkata:”Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.” (QS. Al Furqan 25:8)

c. Tuduhan berbuat Dusta

Seperti dijelaskan dalam firmanNya:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا
“Dan orang-orang kafir berkata:”al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar” (QS. Al Furqan 25:4)

d. Membawa dongengan-dongengan orang-orang terdahulu.

Ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:
وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلا
“Dan mereka berkata: ‘Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang“. (QS. Al Furqan 25:5)

e. Menuduh bahwa Al Qur’an bukan dari Allah namun berasal dari manusia

Seperti digambarkan Allah dalam firmanNya:
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: “Sesungguhnya al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedang al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang” (QS. 16:103)

Demikianlah sebagian cara dan sarana yang digunakan kaum musyrikin Quraisy dalam menghalangi dakwah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.

Masih banyak lagi cara dan sarana yang digunakan mereka yang insya Allah akan dipaparkan pada tulisan lain.

Wabillahi At Taufiq

[1] Riwayat ini disampaikan Ibnu Hisyam dari riwayat Ibnu Ishaq tanpa sanad periwayatan. Sehingga riwayat ini lemah walaupun masyhur dalam buku-buku sejarah Nabi.

[2] Syaikh Al Albani dalam kitab Shahih Al Sirah Al Nabawiyah hal 143 menyatakan: “Hadits ini telah dikeluarkan Al Haakim dalam Al Mustadrak 3/577 dari sisi lain yang tidak sama dengan riwayat Al Baihaqi ini. Dan poros sanadnya ada pada Tholhah bin Yahya dari Musa bin Tholhah dari Aqiel. Sanadnya hasan sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Al Shohihah 92. adapun hadits yang berbunyi: Wahai pamanku! Seandainya mereka meletakkan matahari ditangan kananku…. Tidak aku sampaikan disini kerena lemah walaupun sangat masyhur. Tentang lafadz ini telah dijelaskan dalam kitab Al Dhoifah 913″.

[3] Al Musnad 1/368 dan Al Bukhari 4958 dan Al Tirmidzi 3406.



Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Artikel UstadzKholid.Com

0 komentar:

Posting Komentar